"Assalamualaikum Kak, lagi apa?", tiba-tiba jutaan rindu menyergap tulang rusuk yang menyelimuti jantungku.
Aku rindu suara bass nan lembut itu, suara almarhum Babe. Walaupun keluargaku masih campuran darah Yogyakarta, tapi aku dibesarkan di Jakarta dan Bekasi. Celotehan khas betawi membuat aku jadi terbiasa memanggil "babe". Beliau awalnya tidak suka dipanggil seperti itu. Tapi akhirnya beliau menyerah , 4:1 , seisi rumah jadi keterusan memanggilnya "babe".
2 hari lagi genap 3 bulan beliau pergi meninggalkan keluarganya ke pangkuan Sang Pencipta. Dibalik perkiraanku, Allah mengambil begitu cepat, bukan lagi rasa shock yang kurasa. Aku seperti dilempar sebuah batu besar yang langsung menusuk ulu hatiku.Baru 2 minggu setelah bertemu di hari raya Idul Fitri. Ingat sekali ketika beliau mengenakan baju koko warna putih yang baru saja aku dan Ibu beli di sebuah Mall. Biasanya beliau sangat tidak suka jika kami belikan baju lebaran ."Seperti anak kecil", ujar Babe. Tapi entah mengapa Lebaran lalu beliau sangat suka dan langsung dikenakan ketika Shalat Ied. Ada yang janggal saat itu, beliau yang biasanya gemar berceloteh saat itu diam. Wajahnya terlihat sangat bersih ketika memakai baju putih. Ya, katanya sih setiap orang yang mau meninggal akan terlihat ada yang aneh dari gerak-geriknya. Kalau saja aku tau Allah akan mengambilnya , tidak akan kulewatkan setiap detik pun tanpanya.Ah, tapi itu sudah takdir Tuhan . Kusesali sampai mati pun beliau tidak bisa kembali hidup bersamaku.
Teringat jelas dalam lamunanku bagaimana caranya menyampaikan kasih sayang kepada abuah hatinya. Kadang aku menganggapnya berlebihan. Ketika aku masih SD beliau sering mengantarku sampai dilihatnya aku benar-benar masuk ke ruang kelas.Moment hal yang masih teringat jelas d memori otakku adalah ketika beliau mencium keningku sambil kegirangan ketika aku berhasil diterima di salah satu SMP favorit di Bekasi.Aku justru malu, ketika itu banyak teman-temanku yang melihat. Tapi kini, tidak ada lagi kecupan hangat di keningku. Terakhir beliau menciumku di stasiun ketika aku mau kembali ke Jogja. Tepat 2 minggu sebelum ia pergi untuk selamanya.
Ayahku mungkin tidak seperti ayah teman-temanku yang mempunyai jabatan tinggi atau pengusaha yang mempunyai beberapa ruko. Beliau memang terlihat paling biasa diantara saudara-saudaranya yang sukses. Tapi yang paling menyentuhku ketika aku tau dulu beliau yang menguliahkan adiknya hingga perguruan tinggi. Dibalik kesuksesan mereka ada perjuangan beliau yang tidak terharga nilainya. Yes, he's my best father !
DADDY, YOU KNOW HOW MUCH I LOVE YOU
I WANT YOU, TO HELP ME , TO SHOW ME THE WAY
DADDY, OH DADDY
SOMETIMES I MIGHT DO WRONG
BUT I’LL NEVER STOP TRYING
TO BE YOUR NUMBER ONE